Tugas Pengganti
Mata Kuliah Polpem AS
Nama : Azizah
Syiami Mutik
NIM :
F1I011015
Review Jurnal “Lobbyist Before The US Supreme Court”
Tulisan Paul M. Collins Jr. mengenai pengaruh
kelompok lobi melalui mekanisme Amicus Curiae terhadap hasil keputusan Juri
dalam Pengadilan Tinggi AS menunjukkan bukti kuat bahwa kelompok kepentingan
sangat efektif membentuk hasil akhir keputusan pengadilan. Hal ini didasarkan
pada pengamatan selama 1946-1995.
Dalam dunia politik AS, posisi kelompok kepentingan
cukup sentral, meski pelaksanaan kepentingannya digantungkan pada perwakilan
dalam HoR dan Senat. Berperan mempengaruhi keseluruhan lembaga pemerintahan,
kelompok kepentingan tidak hanya masuk ke lembaga eksekutif dan legislatif
tetapi juga yudikatif, dalam hal ini Pengadilan Tinggi AS. Dalam Pengadilan
Tinggi AS, ruang bagi suara kelompok kepentingan justru disediakan secara legal
tanpa harus melalui perantara, yaitu dengan mekanisme yang disebut sebagai
Amicus Curiae. Amicus Curiae adalah pernyataan yang disampaikan oleh kelompok
kepentingan yang bertujuan untuk mempengaruhi hasil akhir keputusan pengadilan
agar sesuai dengan arah kebijakan atau ideologi yang diharapkannya. Pernyataan
yang disampaikan pada Juri haruslah jelas, legal, dan bersifat memberikan
pandangan yang lebih luas atas kasus yang dibahas. Mekanisme Amicus Curiae
terdapat di semua pengadilan di AS, tetapi memang lebih banyak terdapat di
Pengadilan Tinggi daripada di Pengadilan Federal, Pengadilan Negara Bagian, dan
Pengadilan Lokal.
Urgensi penelitian Collins menunjukkan bahwa sejauh
ini penelitian mengenai peran Amicus Curiae dalam pembentukan keputusan
Pengadilan Tinggi tidaklah cukup jelas. Hal ini dinyatakan dalam 3 alasan
utama. Pertama, penelitian sebelumnya
hanya mencakup sebagian kecil dari peran Amici (kelompok kepentingan yang
menyampaikan Amicus Curiae) dalam Pengadilan Tinggi. Sehingga tidak bisa
digeneralisasi sejauh mana Amici mempengaruhi keputusan Pengadilan Tinggi. Kedua, penelitian hanya didasarkan pada
kurun waktu singkat sehingga, dalam ungkapan Collins, hanya akan menjadi
artefak studi dan tidak bisa dijadikan teori. Ketiga, penelitian tidak menggunakan ukuran yang jelas untuk
menentukan sejauh mana pengaruh Amicus Curiae dalam keputusan Pengadilan
Tinggi. Ukuran yang biasa digunakan adalah berapa kemenangan gugatan yang
didukung oleh Amici. Inti dari kesemuanya adalah bahwa penelitian sebelumnya
hanya menjawab pertanyaan “apakah Amicus Curiae mempengaruhi keputusan
Pengadilan Tinggi?”, bukan bagaimana atau sejauh mana pengaruh Amicus Curiae
dalam keputusan Pengadilan Tinggi.
Collins mencoba memperbaiki pengertian dan pemahaman
tentang Amicus Curiae dan mengapa ia mempengaruhi Pengadilan Tinggi. Amicus
Curiae seperti telah dijelaskan di atas bertujuan untuk membuat hasil akhir
Pengadilan Tinggi sesuai dengan arah ideologi yang diusungnya. Ada dua jenis
tujuan Amicus Curiae, mempengaruhi keputusan Pengadilan Tinggi yang langsung
berdampak pada gugatan, berarti gugatan yang didukung oleh Amicus Curiae,
dimenangkan. Dan mempengaruhi keputusan Pengadilan Tinggi yang tidak langsung
berdampak pada tuntutan tetapi bermanifestasi untuk diaplikasikan pada
pengadilan lain yang secara hirarkial berada di bawah Pengadilan Tinggi.
Artinya bahwa keputusan Pengadilan Tinggi bisa jadi tidak 100% sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan Amici, tetapi poin-poinnya mengarah pada kerangka
berpikir yang diusung oleh Amici. Dengan prinsip yurisprudensi yang ada dalam
pengadilan, maka dalam kasus serupa pada pengadilan-pengadilan berikutnya hasil
yang sudah ada akan dijadikan rujukan. Dengan demikian Amicus Curiae
bermanifestasi dalam satu kasus tetapi bisa mempengaruhi banyak kasus serupa di
semua negara bagian AS. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa mekanisme Amicus
Curiae lebih banyak ada di Pengadilan Tinggi daripada pengadilan lokal.
Pengaruh Amici dalam Pengadilan Tinggi sangat
berkaitan dengan keterbatasan kemampuan dan pemahaman Juri terhadap lebih dari
100 kasus yang ditangani selama satu tahun masa kerja. Kemampuan Juri mungkin
hanya didasarkan pada putusan-putusan pengadilan sebelumnya pada kasus yang
serupa, sekalipun ada bagian ahli yang menyiapkan dan menyediakan informasi
lengkap bagi para Juri, hal ini masih dihambat dengan keterbatasan pemahaman
Juri itu sendiri, sehingga di sinilah peran Amici. Pernyataan Amicus Curiae
memberikan pandangan yang berbeda dengan konsekuensi luas terhadap dimensi
sosial dengan keputusan tertentu saja. Amicus Curiae memberikan latar belakang
informasi yang penting, mendiskusikan konsekuensi jangka panjang dari kebijakan
potensial, dan tetap memasukkan norma-norma resmi dan presenden. Selain itu
posisi penting Amicus Curiae juga didasarkan bahwa sebagian Juri enggan untuk
mencari sendiri informasi mengenai kasus dan lebih memilih mendengarkan
penjelasan Amici, sehingga dalam hal ini Amicus Curiae berperan memberikan
pengetahuan kepada para Juri mengenai kasus secara menyeluruh, peran
aktor-aktor, dan kemungkinan putusan terbaik yang bisa diberikan pada kasus
yang dibahas, sekaligus berusaha sedekat mungkin dengan tujuan dan ideologi Amici.
Fungsi ini banyak juga disyukuri oleh pada Juri yang sedianya kurang memahami
kasus yang mereka hadapi, sehingga keberadaan Amicus Curiae sangat membantu
memberi pandangan dan tata pembuatan putusan dengan mempertimbangkan jangka
panjangnya. Dua poin inilah yang menjadi dasar mengapa Amicus Curiae mampu
mempengaruhi, bukan hanya pemahaman Juri terhadap kasus, tetapi juga output
putusan pengadilan yang diharapkan sesuai dengan pandangan dan ideologi amici.
Collins menyinggung peran Amici dan kemenangan suatu
gugatan dalam variabel. Dukungan Amici merupakan variabel independen dan
tingkat kemenangan gugatan yang didukung oleh Amici merupakan variabel dependen.
Ada tiga bentuk pengaruh Amici terhadap kemenangan gugatan. Pertama, mempengaruhi output putusan
pengadilan. Dalam hal ini, baik mendukung kelompok konservatif atau pun liberal,
apabila Amici berhasil mempengaruhi keputusan akhir pengadilan, hal ini bisa
menjadi parameter bukti kemenangan gugatan yang didukungnya. Kedua, variabel
dependen dapat menjadi ukuran yang pasti akan pengaruh Amici hanya apabila
keputusan pengadilan dapat dibedakan antara yang berdasarkan arahan ideologi
dan hasil kemenangan atau kekalahan petisi. Ketiga, variabel
independen/pengaruh Amici dapat mempengaruhi sikap pengadilan, atau artinya
setelah mendapat pengaruh putusan dari Amici, maka akan ada manifestasi sikap
pengadilan yang muncul apabila berhadapan dengan kasus-kasus lainnya yang
serupa.
Cara yang digunakan Paul Collins untuk menghitung
dorongan ideologi Amicus Curiae terhadap putusan pengadilan memuat dua variabel
tambahan, yaitu liberal dan konservativ. Skor 1 apabila pengadilan memberi
putusan liberal (maupun konservativ) dan enam Amici mendukung, dan skor 0 bila
putusan pengadilan ditentang oleh keenam Amici. Sementara untuk menghitung
pengaruh terhadap pembuatan kebijakan pengadilan, dukungan yang disampaikan
oleh pengacara menjadi faktor penilaian. Apabila pengacara konservatif
menyampaikan Amicus Curiae yang mendukung konservatif maka skor 1, dan bila
sebaliknya maka skor 0. Untuk menghitung peran Amicus Curiae pada kasus-kasus
utama dimasukkan variabel “Salient Case”
dengan indikator apabila kasus yang dihadapi muncul dalam daftar keputusan utama
pengadilan di Congresional Quartely
dan halaman utama New York Times,
mendapat skor 2. Jika hanya muncul di salah satunya mendapat skor 1, dan bila
sama sekali tidak muncul di keduanya mendapat skor 0. Semua proses pemberian
skor dan penghitungan adalah gunanya untuk kemudian disatukan berdasarkan kasus
dan kemudian akan didapatkan hasil poin tertentu yang menunjukkan sebesar apa
dukungan atau pengaruh Amicus Curiae dalam putusan Pengadilan Tinggi AS.
Dari beberapa perhitungan model 1 dan tabel yang disajikan,
Collins dapat menarik kesimpulan bahwa keputusan Juri sangat dipengaruhi oleh
jumlah Amicus Curiae yang disampaikan dari tiap sisi. Dikatakan bahwa 3 Amicus
Curiae mendukung liberal dan 0 mendukung konservatif, maka ada kecenderungan 5%
bahwa kasus akan diselesaikan dengan pandangan liberal, namun apabila posisi
dibalik, hanya 3,5% kecenderungan Juri mengambil langkah konservatif terhadap
kasus. Ada tambahan bahwa peningkatan kecenderungan Juri atas ideologi putusan
hanya dipengaruhi beberapa Amicus Curiae pertama, apabila awalnya hanya 5
Amicus Curiae yang mendukung liberal, kemudian meningkat menjadi 10, maka
pengaruhnya terhadap Juri lebih besar daripada peningkatan dukungan terhadap
liberal dari 30 Amicus Curiae menjadi 35 Amicus Curiae. Selain itu
kecenderungan memutuskan kasus secara liberal juga dipengaruhi 4 hal yaitu
apabila: a. Pengadilan bersifat liberal, b. pengadilan rendah memberikan
putusan konservatif, c. penggugat liberal mendapat peringkat lebih tinggi, dan
d. penggugat konservatif mendapat peringkat lebih rendah.
Intinya adalah bahwa pengambilan kebijakan di Pengadilan
Tinggi AS lebih dari sekedar fungsi nilai dan sikap pengadilan. Karena di luar
itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi putusan akhir Pengadilan yang mungkin
dianggap tidak terlalu berhubungan. Amicus Curiae sendiri memainkan peran
penting dalam 2 hal yang sudah disebutkan diatas yaitu mempengaruhi putusan
Pengadilan Tinggi dan memberikan arahan ideologi.