Teori Modernisasi : Kritik Kuznets Terhadap
Teori Rostow dan Penafian Kultur dan Sejarah Negara Dunia Ketiga
Azizah
Syiami Mutik
F1I011015
Abstract
Modernization
theory which
have a nature of uni-linear
growth. Means every country have the same chance to reach the highest position
called high mass consumption. The diverse is only the time of process. There is
no historical and cultural factor influence the state’s economic growth. Rostow
as scholar of “5 growth steps theory”, believes to increase the national
economic, state should strengthen agriculture sector, followed by investment,
and technology.
Kuznets criticized Rostow
theory. He claimed that Rostow theory give unclear cut from characteristic of
his steps. Rostow also failed to show the scope of his theory. Kuznets stated
those theory had no relevance to be applied on the Third World State.
Keyword
: Modernization
Theory, Rostow, Historical and Culture, Third World State.
Pendahuluan
Ada
tiga hal yang mengawali lahirnya teori modernisasi, atau dengan kata lain teori
ini merupakan suatu produk dari tiga fakta sejarah. Pertama, pasca Perang Dunia
Kedua Amerika Serikat menjadi satu kekuatan dominan di dunia. Kedua, di saat yang
bersamaan Uni Sovyet memperluas gerakan komunis tidak hanya di daratan Eropa
Timur, tetapi juga di Asia. Ketiga, lahirnya negara-negara merdeka baru di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang selanjutnya disebut Negara Dunia Ketiga.
Negara Dunia Ketiga mencari bentuk sampel pembangunannya, sementara negara
adidaya (Amerika Serikat) memiliki kepentingan terhadap Negara Duani Ketiga
sehingga berusaha membantu dengan menemukan suatu bentuk teori pertumbuhan
Negara Dunia Ketiga. Salah satu teori yang ditawarkan ilmuwan Barat yaitu Teori
Modernisasi.
Beberapa
hal yang perlu diketahui sebelum membahas kritik terhadap teori ini adalah
pengertian Teori Modernisasi itu sendiri. Teori modernisasi adalah suatu teori
yang didasarkan pada berbedaan antara apa yang disebut modern dan tradisional.
Teori ini berpendapat ketidakmampuan Negara Dunia Ketiga mengejar tahap
modernisasi adalah karena faktor-faktor non-fisik seperti kultur dan alam
pikiran, atau psikologi individu. Teori ini bersifat a-historikal dimana teori
ini menganggap latar belakang sejarah suatu bangsa tidak berpengaruh terhadap
pengaplikasiannya. Semua negara bergerak unilinear
sehingga hanya masalah waktu yang membedakan tercapainya suatu modernisasi
negara bangsa.
Tokoh-tokoh
teori modernisasi antara lain: W.W. Rostow dengan teori 5 tahap linear lepas
landasnya; Hoselitz yang menekankan adanya lembaga sosial politik yang konkret
guna menghimpun modal besar, memasok teknisi, ilmuwan dan teknologi produksi; Harrod-Domar
yang berpandangan masalah pembangunan adalah masalah penyediaan dana untuk
investasi; dan Talcot Parson dengan teori fungsionalismenya. Pandangan mereka
sama-sama berdasar pada keyakinan bahwa adanya homogenisasi dimana semua
tahapan yang dilalui setiap negara adalah sama menuju pencapaian “modern” versi
Barat.
Teori
Modernisasi dalam Pandangan Rostow
Seperti
telah dijelaskan diatas bahwa teori modernisasi adalah hasil dari pemikiran
ilmuwan-ilmuwan barat guna memecahkan masalah pertumbuhan ekonomi. Di dunia
barat sendiri, pelaksanaan teori modernisasi, terutama di negara-negara Eropa,
tidak membutuhkan kapital yang besar, sehingga proses tersebut dapat dilakukan
oleh pengusaha, masyarakat dan tanpa campur tangan yang besar dari pemerintah.
Selain itu, di Negara Dunia Pertama dan Kedua tidak menghadapi masalah
pengadaan dana invesatasi dan kekurangan tabungan, sementara di Negara Dunia
Ketiga sebagai late comers, masalah
pendanaan menjadi masalah yang sangat serius.
Berikut
akan dijelaskan bagaimana pandangan W.W. Rostow mengenai teori modernisasi.
Rostow dengan teori tahap-tahap pertumbuhannya menjadi salah satu teori yang
mendapat perhatian besar dalam bukunya The
Stages of Economic Growth. Dalam teori ini Rostow mengemukakan 5 tahapan
pertumbuhan yaitu tahap masyarakat tradisionil; prasyarat lepas landas; lepas
landas; gerakan kearah kedewasaan; dan konsumsi masaa tinggi[1].
Analisa
Rostow didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi tercipta sebagai
akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental, bukan saja corak kehidupan
ekonomi tetapi juga pertumbuhan politik dan hubungan sosial masyarakat[2].
Pertumbuhan
ekonomi menurut Rostow mencakup perubahan dalam orientasi kemsyarakatan, antara
lain: orientasi ekonomi, politik, sosial yang awalnya mengarah ke dalam menjadi
berorientasi ke luar; pandangan masyarakat mengenai pengurangan jumlah anggota
keluarga; kecenderungan penanaman modal pada sektor yang bertahan lama dan
menguntungkan; dan pandangan bahwa manusia harus memanipulasi keadaan dan alam
untuk mencapai kemajuan.
Teori
Rostow ini dipandang bersifat sangat umum dan tidak secara terperinci
mengadakan perubahan corak sektor dalam proses pembangunan. Analisanya lebih
menitikberatkan pada peranan faktor tententu dalam menimbulkan pertumbuhan
ekonomi[3].
Pada
tahap masyarakat tradisional, Rostow menyebutkan ciri-cirinya adalah struktur
masyarakat hanya berkembang pada sektor-sektor terbatas; ilmu pengetahuan dan
sikap masyarakat masih menunjukkan bentuk relatif primitif dengan didasarkan
pada nilai-nilai ynag berlaku turun temurun, bukannya pemikiran rasional;
tingkat pendapatan perkapita yang rendah; terdapat hierarki dalam masyarakat
ynag tidak memungkinkan adanya mobilisasi vertikal; dan kegiatan politik
pemerintahan masih terdapat sentralisasi pemerintah.
Prakondisi
lepas landas menurut Rostow diartikan sebagai masa dimana masyarakat
mempersiapkan dirinya mencapai pertumbuhan yang terus berkembang, dan
selanjutnya pertumbuhan ekonomi bersifat otomatis. Rostow membedakan tahap
prakondisi lepas landas dalam 2 jenis. Pertama, tahapan yang dicapai
negara-negara Eropa, Asia Timur Tengah, dan Afrika dengan cara merombak sistem
masyarakat tradisional yang telah lama ada. Kedua, tahapan yang telah dicapai
negara-negara yang dinamai Rostow sebagai “born
free”, yaitu negara-negara yang tidak perlu melakukan perombakan sistem
masyarakat yang tradisional, contohnya: Amerika Serikat; Kanada; Australia; dan
Selandia Baru. Pada masa transisi antara tahapan prakondisi lepas landas dengan
tahapan lepas landas terdapat poin mengenai pentingnya sektor pertanian. Hal
ini dijelaskan Rostow sebagai tindakan preventif menghindari bahaya kelaparan
dengan besarnya urbanisasi penduduk ke kota berkaitan dengan besarnya
industrialisasi. Pun menunjang pasar untuk alat-alat produksi dan mesin
pertanian, penarikan pajak atas sektor pertanian yang menambah pemasukan bagi
pemerintah, dan menciptakan tabungan yang dapat digunakan sektor lain.
Selanjutnya
tahapan ketiga yaitu lepas landas, Rostow mendefinisikannya sebagai masa dimana
munculnya bebagai pembaruan (inovation)
dan peningkatan penanaman modal yang akan berimbas pada meningkatnya pendapatan
negara lebih besar dari peningkatan jumlah penduduk, sehingga pendapatan
perkapita semakin membesar. Ciri-ciri tahapan lepas landas ini antara lain:
berlakunya kenaikan investasi pada produksi nasional dari 5% menjadi 10%;
berkembangnya beberapa sektor industri dengan tingkat laju pertambahan yang
tinggi; adanya suatu rangka politik, sosial, institusional yang menciptakan
gejolak-gejolak perluasan sektor modern dan potensi eksternalitas ekonomi yang
menyebabkan pertumbuhan akan terus berjalan. Penekanan Rostow pada tahap ini
adalah penanaman modal yang meningkat, dikarenakan dengan penanaman modal yang
bertambah pesat diharapkan akan meningkatkan pendapatan nasional melebihi peningkatan
jumlah penduduk. Menurut Rostow meningkatnya modal ini salah satunya disebabkan
perkembangan golongan pengusaha.
Selepas
tahapan lepas landas, Rostow membagi ciri-ciri tahapan menuju kedewasaan pada 2
sektor, yaitu ekonomi dan non-ekonomi. Pada sektor ekonomi adalah adanya
perkembangan sektor-sektor pemimpin baru yang akan menggantikan sektor-sektor
pemimpin lama. Corak ini ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam,
dan dipengaruhi kebijakan pemerintah. Dari sektor non-ekonomi, masyarakat telah
menggunakan teknologi secara aktif dan efektif; struktur dan keahlian tenaga
kerja meningkat; industrialisasi dianggap lebih penting dibanding pertanian;
kepemimpinan manager profesional bergeser merangkap pemilik dan pengusaha;
kritik terhadap industrialisasi mulai timbul[4].
Tahapan
terakhir pada teori Rostow ini adalah konsumsi massal tinggi. Hal ini ditandai
dengan bergesernya perspektif masyarakat dari sektor produksi pada
masalah-masalah konsumsi seperti kesejahteraan. Pada keadaan ini juga masyarakat
yang saling bersaing berkeinginan untuk memberbesar kekuatan dengan melebarkan
sayap ke luar negeri dan cenderung menaklukan perekonomian negara-negara lain.
Negara pada tahap ini juga mengacu pada pembentukan kemakmuran bersama untuk
semua warga negara dengan pemerataan pendapatan perkapita dan pajak yang
progresif. Masyarakat juga melebarkan konsumsinya tidak hanya pada barang
kebutuhan primer, tapi juga sekunder dan konsumsi tahan lama.
Meski
tidak secara langsung disinggung, namun teori Rostow merupakan salah satu
aliran teori linear, dengan intinya beranggapan setiap negara atau masyarakat
akan melewati tahapan yang sama dari masyarakat tradisional menuju konsumsi
massal tinggi. Tanpa membedakan masa dan latar belakang masyarakat tersebut.
Teori linear meyakini bahwa selama Negara Dunia Ketiga mengikuti treatment yang sama dengan Barat, maka
modernisasi hanyalah masalah waktu.
Kritik
Kuznets Terhadap Rostow dan Penafian Kultur dan Sejarah Dunia Ketiga
Menurut
Kuznets, teori tahap pertumbuhan Rostow tidak mencakup ciri-ciri suatu teori
pertumbuhan yang seharusnnya. Menurut Kuznets, suatu teori pertumbuhan haruslah
mencakup keempat sifat. Pertama, setiap tahap haruslah merupakantahap yang mempunyai
ciri-ciri yang empiris dan dapat ditelusuri kebenarannya. Kedua, ciri-ciri
tersebut harus cukup nyata perbedaannya dengan ciri lain. Ketiga, penjelasan
atas huungan analitis yang menghubungkan dengan tahapan sebelumnya mencakup
proses yang mengakhiri dan selanjutnya berakibat pada munculnya tahap berikut.
Keempat, hubungan analitis dengan tahap selanjutnya juga harus dijelaskan.
Kuznets
menyatakan bahwa perbedaan tahapan pada teori Rostow sangat kabur sehingga
sulit dibedakan karena beberapa ciri pada tahapan prakondisi lepas landas juga
ada pada tahapan lepas landas. Contohnya, pada tahapan prakondisi lepas landas
terdapat ciri “perkembangan dan kenaikna produktivitas sektor pertanian” namun
hal tersebut dianggap hanya mungkin terjadi apabila tingkat penanaman modal
berkembang dengan pesat. Dengan kata lain, ciri “penanaman modal bergerak
cepat” telah berlangsung sejak tahapan prakondisi lepas landas. Terjadi
kesukaran untuk menentukan batasan yang jelas antara satu tahapan dengan
tahapan lainnya, dengan begitu, menurut Kuznets, manfaat untuk membahas
hubungan analitis antara tahapan-tahapan tersebut menjadi sangat kecil[5].
Kuznets
juga mengkritisi kegagalan Rostow dalam menyatakan ruang lingkup dimana dan
pada masa apa teori tersebut berlaku serta pada masyarakan seperti apa. Meski
tidak dijelaskan, namun terlihat secara jelas teori Rostow ini iddasarkan pada
pertumbuhan yang terjadi di negara-negara maju, untuk menunjukkan tahap
pembangunan ekonomi yang akan dilalui negara berkembang. Proses pembangunan
ekonomi setiap negara tidaklah sama, melainkan memiliki ciri-ciri yang berbeda.
Terutama di Negara Dunia Ketiga yang secara historis dan kultural sangat
berbeda dengan Barat yang mayoritasnya negara maju dengan pendapatan tinggi dan
minimnya ketimpangan ekonomi antar negara. Lebih jelas lagi, masa pertumbuhan
ekonomi setiap negara berbeda-beda dengan corak pembangunanya yang sangat
dipengaruhi warisan sejarah. Kesalahan Rostow adalah mengesampingkan
fakta-fakta historis dan kultural yang menjadi ciri utama masyarakat Negara
Dunia Ketiga. Hal inilah yang dinyatakan Kuznets sebagai kegagalan Rostow dalam
mengemukakan ruang lingkup teorinya.
Kesimpulan
Meski
dianggap sebagai peletak dasar teori pertumbuhan ekonomi yang banyak mendapat
perhatian, W.W. Rostow memberikan elaborasi yang kurang jelas terhadap analisis
proses dan batasan antar tahapan-tahapan pertumbuhannya. Rostow pun gagal
menjelaskan ruang lingkup teorinya. Teori Rostow tidak menjelaskan peran dan
pengaruh aspek sejarah dan kultural pada pertumbuhan ekonomi di Negara Dunia
Ketiga, dibandingkan dengan proses berdirinya Negara Dunia Pertama dan Kedua
pada saat belum adanya perang ideologi dan penjajahan yang berimbas pada
konsentrasi awal kemerdekaan Dunia Ketiga, maka teori tersebut tidak relevan.
Negara Dunia Pertama dan Kedua relatif memiliki kesamaan dan kesetaraan bidang
ekonomi sehingga bukan hal sulit mengaplikasikan teori Rostow, namun untuk
Negara Dunia Ketiga yang terlahir dengan nilai historis dan kultiral yang
tinggi dari penjajahan dan ketakutan akan invasi ideologi dari negara lain,
berimbas pada konsentrasi awal negara bukanlah perekonomian namun lebih ke
keamanan politik. Berbeda dengan Negara Dunia Pertama dan Kedua yang
berkoorporasi diawali dengan sektor ekonomi, kemudian meramba sektor-sektor
lain.
Meski
banyak kritik yang menyudutkan teori Rostow, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa Rostow telah memberi kontribusi besar mengenai proses pertumbuhan dan
pembangunan masyarakat.
Daftar Pustaka
·
Sukirno, Sadono. 1982. Ekonomi Pembangunan-Proses, Masalah, dan
Dasar Kebijaksanaan. Kuala
Lumpur. Bima Grafika.
·
Wiratmo, Masykur. 1992. Ekonomi Pembangunan- Ikhtisar Teori,
Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta. MW Mandala
·
Todaro,
Michael P. 1993. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga. Jakarta. Penerbit Erlangga.
·
http://ujiantosinggih.com/teori-teori-sosial/teori-modernisasi-dan-ketergantungan.html
(diakses 13 April 2012)
·
http://sociologyknowledgeseeker.wordpress.com/2010/05/13/analisis-mengenai-teori-modernisasi-terhadap-negara-berkembang/
(diakses 13 April 2012)
[1] Sukirno, Sadono. 1982. Ekonomi Pembangunan-Proses, Masalah, dan
Dasar Kebijaksanaan.Kuala Lumpur. Bima Grafika.
[2]
Ibid.
[3] Wiratmo, Masykur. 1992. Ekonomi Pembangunan- Ikhtisar Teori,
Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta. MW Mandala
[4] Ibid
[5] Sukirno, Sadono. 1982. Ekonomi Pembangunan-Proses, Masalah, dan
Dasar Kebijaksanaan. Kuala
Lumpur. Bima Grafika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar